MAKALAH
DIKSI (PILIHAN KATA)
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Disusun
oleh :
Nama
kelompok 3
1. Adelia
2. Muh. Ikhsan Perdana
3. Rosbianti (15810160)
4. Syafei Ramadhan (15810142)
5. Winda Rezky Nur’Ain (15810173)
6. Muliadi (15810166)
Kelas :
Multimedia 1B
JURUSAN
MULTIMEDIA
POLITEKNIK
NEGERI MEDIA KREATIF
MAKASSAR
2015
Kata pengantar
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
Bahasa Indonesia yang berjudul “DIKSI” ini dengan tepat waktu. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan salah satu tugas dari Dosen Mata
Kuliah Bahasa Indonesia (nama dosen)
Makalah
ini ditulis berdasarkan sumber yang berkaitan dengan materi diksi, serta
informasi dari berbagai media yang berhubungan dengan diksi atau pilihan kata.
Kami
berharap makalah ini dapat menambah wawasan mengenai Bahasa Indonesia terutama
materi mengenai Diksi atau Pilihan kata.
Sehingga saat kita berkomunikasi, kita dapat meminimalisir kesalah pahaman yang
akan terjadi dikarenakan bahasa yang kita
gunakan. Dan penulis berharap bagi pembaca untuk dapat memberikan
pandangan dan wawasan agar makalah ini menjadi lebih sempurna.
Penulis
Daftar Isi
Daftar Pustaka
BAB I Pendahuluan
A. Latar belakang
Harus
diakui saat ini orang sering mengsampingkan pentingnya penggunaan bahasa,
terutama dalam tata cara pemilihan data atau diksi. Kita pun sering mengalami
kesalahan. Hal ini terjadi karena kita tidak tahu betapa pentingnya menguasai
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penggunaan diksi sangat penting agar
terciptanya komunikasi yang efektif. Oleh karena itu, agar kita dapat
berkomunikasi secara efektif dan efisien untuk menghindari kesalah pahaman saat
berkomunikasi. Manusia merupakan makhluk sosial sehingga kita tidak dapat
terlepas dari komunikasi dengan sesama dalam setiap aktivitas sehari-hari. Tetapi
tidak jarang pula ketika sedang berkomunikasi dengan lawan komunikasi kita
mengalami kesulitan menangkap informasi, hal ini terjadi karena kata yang digunakan
kurang tepat.
Secara
menyolok aktivitas seorang mahasiswa setiap hari sebenarnya berkisar pada
persoalan kosa kata. Sepanjang hari ia harus mengikuti perkuliahan atau membuat
soal-soal ujian, menulis karya-karya tulis atau skripsi; pada waktu istirahat
ia harus bertukar pikiran dengan kawan mahasiswanya atau berkonsultasi dengan
para dosen. Malam hari, ia harus mempelajari lagi bahan-bahan kuliah, baik dari
catatan-catatannya maupun dari buku-buku yang diwajibkan atau yang dianjurkan.
Bila ia seorang yang rajin ia masih menyisihkan waktu untuk membaca
majalah-majalah ilmiah, artikel-artikel dalam mingguan, bulanan, dan surat
kabar. Melalui semua aktivitas itu, kata beserta gagasannya seolah-olah
membanjiri masuk satiap saat ke dalam benaknya. Ia harus membuka hatinya
lebar-lebar untuk menerima semua itu. Mengabaikan sebagian kecil saja, berarti
ia akan ketinggalan dari kawan-kawannya.
Seiring
seorang mahasiswa harus mengutuk dirinya karena dalam menghadapi soal-soal
ujian ia mengetahui gagasannya, tetapi tidak mengetahui kata atau istilahnya.
Atau sebaliknya, ia mengetahui kata atau istilahnya, tetapi tidak mengetahui
gagasan yang didukungnya.
Tidak dapat disangkal bahwa dalam
penggunaan kosa kata adalah bagian yang sangat penting dalam dunia perguruan
tinggi. Prosesnya mungkin lamban dan sukar, tapi orang akan merasa lega dan
puas sebab tidak akan sia-sia semua jerih payah yang telah diberikan. Manfaat
dari kemampuan yang diperolehnya itu akan lahir dalam bentuk penguasaan
terhadap pengertian-pengertian yang tepat bukan sekedar mempergunakan kata-kata
yang hebat tanpa isi. Dengan pengertian-pengertian yang tepat itu, kita dapat
pula menyampaikan pikiran kita secara sederhana dan langsung.
Mereka yang
luas kosa katanya akan memiliki pula kemampuan yang tinggi untuk memilih
setepat-tepatnya kata mana yang paling harmonis untuk mewakili maksud atau
gagasannya. Secara populer orang akan mengatakan bahwa kata meneliti sama
artinya dengan kata menyelidiki, mengamati, dan menyidik. Karena itu, kata-kata
turunannya seperti penelitian, penyelidikan, pengamatan, dan penyidikan adalah
kata yang sama artinya atau merupakan kata yang bersinonim. Mereka yang luas
kosa katanya menolak anggapan itu. Karena tidak menerima anggapan itu, maka
mereka akan berusaha untuk menetapkan secara cermat kata man yang harus
dipakainya dalam sebuah konteks tertentu. Sebaliknya yang miskin kosa katanya
akan sulit menemukan kata lain yang lebih tepat, karena ia tidak tahu bahwa ada
kata lain yang lebih tepat dan karena ia tidak tahu bahwa ada perbedaan antara
kata-kata yang bersinonim itu. Maka atas dasar tersebutlah kita sebagai
mahasiswa yang baik hendaknya mengetahui dan memahami bagaimana penggunaan
pilihan kata yang tepat dan cermat dalam konteks yang tepat pula.
Pemilihan
kata yang tepat merupakan sarana pendukung dan penentu keberhasilan dalam
berkomunikasi. Pemilihan kata atau diksi bukan hanya soal pilih-memilih kata,
melainkan lebih mencakup bagaimana efek kata tersebut terhadap makna dan
informasi yang ingin disampaikan. Pilihan kata tidak hanya digunakan dalam
berkomunikasi, namun juga digunakan dalam bahasa tulis (jurnalistik). Dalam
bahasa tulis pilihan kata (diksi)
mempengaruhi pembaca dalam mengerti atau tidak dengan penggunaan kata-kata yang
kita pilih.
Dalam
makalah ini kami berusaha menjelaskan mengenai diksi yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kesalahan
penggunaan pilihan kata yang akan kita gunakan saat berkomunikasi.
B. Rumusan Masalah
·
Pengertian diksi atau pilihan kata
·
Pembagian diksi atau pilihan kata
C. Tujuan
·
Mengetahui pengertian diksi
·
Mampu menggunakan diksi dengan bahasa
yang tepat dalam berkomunikasi
BAB II Pembahasan
A. Pengertian Diksi (pilihan kata)
Memilih kata-kata yang cocok dan tepat untuk
digunakan dalam mengungkapkan gagasan atau ide. Dan menyangkut persoalan
fraseologi (cara memakai kata-kata atau frasa didalam konstruksi yang lebih
luas, baik dalam bentuk tulisan maupun ujaran yang mencangkup persoalan
kata-kata dalam pengelompokkan atau susunannya atau menyangkut cara yang khusus
berbentuk ungkapan dan gaya bahasa).
Diksi menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia pusat bahasa Departemen Pendidikan Indonesia adalah pilihan kata yang
tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga
diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan).
Menurut Gorys Keraf :
a.
Diksi mencakup
kata-kata yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, cara menggabungkan
kata-kata yang tepat dan gaya yang palig baik digunakan dalam situasi tertentu.
b.
Diksi adalah
kemampuan secara tepat membedakan nuansa makna dari gagasan yang ingin
disampikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan
nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar atau pembaca.
c.
Diksi yang tepat
dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan kosakata yang banyak.
Diksi adalah kemampuan membedakan
secara tepat makna dari suatu gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan
untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan aturan-aturan
berbahasa yang ada dalam suatu lingkungan masyarakat.
Diksi mencakup pengertian kata-kata
mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu maksud kepada lawan bicara,
bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan
yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah
besar kosa kata atau pembendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud
perbendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang
dimiliki oleh sebuah bahasa.
Fungsi Diksi:
·
Membuat pembaca
atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap apa yang
disampaikan oleh pembicara atau penulis.
·
Untuk mencapai
target komunikasi yang efektif.
·
Melambangkan
gagasan yang di ekspresikan secara verbal
·
Membentuk gaya
ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga
menyenangkan pendengar atau pembaca.
Persyaratan pemilihan kata
1.
Bedakan secara
cermat kata-kata denotatif dan konotatif, bersinonim dan hampir bersinonim,
kata-kata yang mirip dalam ejaannya seperti: bawa-bawah-bahwa.
2.
Hindari
kata-kata ciptaan sendiri atau mengutip kata-kata terkenal yang belum diterima
dimasyarakat.
3.
Waspadalah dalam
menggunakan kata-kata yang berakhiran asing seperti: biologi-biologis
4.
Bedakan kata
khusus dan kata umum
5.
Perhatikan
perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal
6.
Perhatikan
kelangsungan pilihan kata.
B. Makna Kata dan Jenisnya
Yang disebut makna adalah hubungan
antara bentuk bahasa dan barang yang diacunya. Ada bermacam-macam makna,
diantaranya:
a.
Makna Leksikal
Makna leksikal adalah makna kata secara lepas, tanpa
kaitan dengan kata yang lainnya dalam sebuah struktur frasa, klausa, dan
kalimat. Makna leksikal merupakan makna kata secara lepas,
berdiri sendiri, terbebas dari penggunaannya atau konteksnya, entah dalam
bentuk dasar ataupun bentuk turunan. Makna leksikal ini biasanya tetap, dan
kamus selalu menyajikan makna leksikal.
Contoh :
·
Toko
·
Obat
·
Rumah
b.
Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna baru yang timbul
akibat terjadinya proses gramatika (pengimbuhan, pengulangan, atau
pemajemukan). Makna gramatikal merupakan padanan dari grammatical meaning,
functional meaning, structural meaning atau internal meaning. Makna
gramatikal merupakan makna suatu bentuk bahasa sebagai akibat peristiwa
gramatikal, yaitu berfungsinya atau bergabungnya suatu bentuk dalam konstruksi
yang lebih besar. Makna gramatikal adalah makna yang dapat berubah
sesuai dengan konteks pemakaian.
Misalnya:
(1) bentuk “berpada dan berpakaian” maknanya memakai, dan pada “bertelur”
maknanya mengeluarkan, menghasilkan, atau terdapat/mengandung (tentu bergantung
pada konteks kalimatnya); (2) mata secara leksikal bermakna ‘indra penglihat’
atau ‘ukuran berat yang digunakan untuk candu’, pada konteks gramatikal “mata”
dapat menjadi mata pisau, mata keranjang, dan mata air.
Contoh :
Bersentuhan
= saling bersentuhan
Berduka =
keadaan duka
Berenam =
sekumpulan enam orang
Berjalan =
melakukan kegiatan / aktivitas jalan
Berumah maknanya “mempunyai rumah”
Rumah-rumah maknanya “banyak rumah”
Rumah makan maknanya “rumah tempat makan”
Proses morfologis dapat menyebabkan
perubahan jenis kata dan timbulnya makna baru. Misalnya :
1.
Sepeda termasuk
“kata benda” sedangkan bersepeda “kata
kerja”
2.
Bersepeda
memiliki makna memakai atau mempunyai sepeda.
Fungsi (1) disebut fungsi gramatikal
Fungsi (2) disebut fungsi semantis
c.
Makna Denotatif
Makna denotatif biasa disebut dengan makna asli.
Makna asli disini berarti adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. eh suatu
kata. Makna denotatif merupakan makna yang berhubungan dengan denotasi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata denotasi diartikan
“makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas pada
sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu yang
bersifat objektif”. Oleh karena itu, makna denotatif dapat dinyatakan sebagai
makna kata atau kelompok kata yang bersifat objektif, makna yang masih asli,
makna yang benar-benar menunjuk objek yang diwakilinya yang bersifat dasar.
Makna denotatif merupakan makna yang menunjuk pada acuan tanpa embel-embel. Makna
denotasi adalah makna yang sebenarnya yang sama dengan makna lugas untuk
menyampaikan sesuatu yang bersifat faktual. Makna pada kalimat yang denotatif
tidak mengalami perubahan makna.
Makna denotatif disebut juga dengan istilah; makna
denatasional, makna kognitif, makna konseptual, makna ideasional, makna
referensial, atau makna proposional. Disebut makna denotasional, konseptual,
referensial dan ideasional, karena makna itu mengacu pada referensi, konsep
atau ide tertentu dari suatu referensi. Disebut makna kognitif karena makna itu
berhubungan dengan kesadaran, pengetahuan dan menyangkut rasio manusia.
Contoh :
Adik makan nasi makan artinya memasukkan
sesuatu ke dalam mulut.
Contoh : Kata kurus, bermakna denotatif keadaan
tubuhnya yang lebih kecil & ukuran badannya normal.
d.
Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang
timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi dan kriteria tambahan
yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Sebuah kata disebut mempunyai
makna konotatif apabila kata itu mempunyai “nilai rasa”, baik positif maupun
negatif. Jika tidak memiliki nilai rasa maka dikatakan tidak memiliki konotasi,
tetapi dapat juga disebut berkonotasi netral. Positif dan negatifnya nilai rasa
sebuah kata seringkali juga terjadi sebagai akibat digunakannya referen kata
itu sebagai sebuah perlambang. Jika digunakan sebagai lambang sesuatu yang
positif maka akan bernilai rasa yang positif; dan jika digunakan sebagai
lambang sesuatu yang negatif maka akan bernilai rasa negatif. Makna
konotatif adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat sindiran dan
merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan. Makna konotatif merupakan
padanan dari conotative meaning yang merupakan oposisi dari
makna denotatif. Konotatif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan
“tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika berhadapan
dengan sebuah kata, makna yang ditambahkan pada makna denotasi”. Makna
konotatif timbul akibat asosiasi perasaan terhadap kata tertentu. Oleh karena
itu, makna konotatif bersifat emosional dan tidak objektif. Secara singkat
dapat dinyatakan bahwa makna konotatif adalah makna kata atau kelompok kata
yang didasarkan asosiasi perasaan atau pikiran yang ada pada pembicara atau
mitra bicara.
Contoh:
Burung garuda karena dijadikan lambang negara
republik Indonesia maka menjadi bernilai rasa positif sedangkan makna konotasi
yang bernilai rasa negatif seperti buaya yang dijadikan lambang kejahatan.
Padahal binatang buaya itu sendiri tidak tahu menahu kalau dunia manusia
Indonesia menjadikan mereka lambang yang tidak baik.
Makna kata merupakan hubungan antar
bentuk dengan sesuatu yang diwakilinya atau hubungan lambang bunyi dengan
sesuatu yang diacunya. Hubungan antara bentuk dan referan akan menimbulkan
makna atau referensi.
C. Kata Umum dan Kata Khusus
Makna umum adalah makna yang memiliki
ruang lingkup cakupan yang luas dari kata yang lain. Sedangkan, makna khusus
adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang sempit dari kata yang
lain.
Contoh :
1.
Kata Umum :
·
Ikan
·
Bunga
·
Membawa
·
Melihat
2.
Kata khusus :
·
Gurame, lele,
tuna, dan lain-lain.
·
Mawar, melati,
dan lain-lain.
·
Memikul,
menjinjing, dan lain-lain.
·
Menatap,
menoleh, dan lain-lain.
D. Perubahan Makna Kata
Bahasa
bersifat dinamis sehingga dapat menimbulkan kesulitan bagi pemakainya yang
kurang mengikuti perubahannya. Ketetapan suatu kata untuk mewakili atau
melambangkan suatu benda, peristiwa, sifat, dan keterangan bergantung pada
maknanya, yaitu hubungan antara lambang bunyi (bentuk/kata) dengan referennya.
Perubahan
makna kata bukan hanya ditentukan oleh perubahan jaman, juga disebabkan oleh
tempat bahasa itu tumbuh dan berkembang. Makna bahasa mulanya dikenal oleh
masyarakatnya, tetapi pada suatu waktu akan bergeser maknanya pada suatu wilayah
tertentu, sedangkan masyarakat bahasa pada wilayah yang lain masih
mempertahankan makna aslinya. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam
menggunakan atau memilih kata apalagi dalam hal-hal yang bersifat ilmiah.
Pemakaian kata dengan makna tertentu harus bersifat nasional (masalah tempat), terkenal, dan sementara berlangsung.
Dahulu
kita mengenal kata daulat, dalam KBBI (2001: 204) mengandung arti : “1. Berkat kebahagiaan (yang ada pada raja);
bahagia; 2. Kekuasaan; pemerintah,” Tetapi
pada waktu revolusi fisik kata daulat bermakna lain yakni, merebut hak dengan tidak sah, memecat dengan paksa. Setelah masa revolusi kata daulat tidak
dipakai lagi, sehingga kata itu hampir mati meskipun dalam KBBI masih tercantum
tapi sudah jarang pemakaiannya.
E. Elemen-elemen Diksi
1. Sinonim
Merupakan kata-kata yang memiliki
persamaan/kemiripan makna. Sinonim sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase,
atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain.
Contoh :
·
Kata buruk dan
jelek.
·
Kata mati dan
wafat
2. Antonim
Merupakan ungkapan (berupa kata, frase,
atau kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna/ungkapan lain.
Contoh:
·
Kata bagus
berantonim dengan kata buruk.
·
Kata besar
berantonim dengan kata kecil.
3. Polisemi
Polisemi
adalah sebagai satuan bahasa (terutama kata atau frase) yang memiliki makna
lebih dari satu.
Contoh:
·
Kata kepala
bermakna bagian tubuh dari leher ke atas, seperti terdapat pada manusia dan
hewan, bagian dari suatu yang terletak di sebelah atas atau depan, dan kepala
kereta api, bagian dari suatu yang berbentuk bulat seperti kepala, kepala paku,
kepala jarum, dan lain-lain.
·
Saya masih
punya hubungan darah dengan keluarga Bu Rani. (darah = kesaudaraan)
·
Tubuhnya
berlumuran darah setelah kepalanya terbentur tiang listrik. (darah = yang
berada dalam tubuh)
4. Hiponim
Adalah
suatu kata yang yang maknanya telah tercakup oleh kata yang lain, sebagai
ungkapan (berupa kata, frase atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan
bagian dari makna suatu ungkapan.
Contoh:
·
Lumba-lumba, tenggiri, hiu, betok,
mujaer, sepat, cere, gapih singapur, teri, sarden, pari, mas, nila, dan
sebagainya adalah hiponim dari ikan
·
Pocong, sundel bolong, kuntilanak,
pastur buntung, tuyul, genderuwo, suster ngesot, dan lain-lain adalah hiponim
dari hantu
5. Hipernim
Hipernim
adalah suatu kata yang mencakup makna lain. kata-kata yang mewakili banyak kata
lain. Kata hipernim dapat menjadi kata umum dari penyebutan kata-kata lainnya.
Hipernim
: Hantu.
Hipernim
: Ikan
6. Homonim
Homonim adalah suatu kata yang memiliki
makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaan sama.
. Contoh:
·
Amplop (homofon)
untuk mengirim surat untuk bapak presiden kita harus menggunakan amplop (amplop
= amplop surat biasa)
·
Agar bisa
diterima menjadi pns ia memberi amplop kepada para pejabat (amplop = sogokan
atau uang pelicin)
7. Homofon
Adalah kata yang di ucapkan sama dengan kata lain
tetapi berbeda dari segi maksud. Homofon terdiri dari atas kata homo berarti
sama dan foni (phone) yang berarti bunyi atau suara.
Contohnya
·
“bank” (tempat
mentimpan uang) dan “bang” (panggilan untuk kakak)
·
“rok” (pakaiaan)
dan “rock” (aliran musik) .
8. Homograf
Adalah kata yang berasal dari homo artinya
sama dan graf artinya tulisan jadi, homograf merupakan kata-kata yang memiliki tulisan atau ejaan yang sama tetapi arti dan
pelafalannya berbeda.
Contohnya
·
“Tahu” bermakna
sebagai makanan sedangkan “Tahu”
bermakna sebagai situasi.
·
“Apel” bermakna
sebagai buah sedangkan “Apel” bermkana sebagai suatu kegiatan.
·
Teras" (inti kayu atau bagian rumah)
·
"Serang" (perang atau nama tempat)
·
''Memerah''(berubah warna atau memeras susu sapi)
·
''Keset''(Bersih atau pembersih/pengelap kaki)
Bab III Penutup
A. Kesimpulan
Memilih kata-kata yang cocok dan tepat
untuk digunakan dalam mengungkapkan gagasan atau ide. Dan menyangkut persoalan
fraseologi (cara memakai kata-kata atau frasa didalam konstruksi yang lebih
luas, baik dalam bentuk tulisan maupun ujaran yang mencangkup persoalan
kata-kata dalam pengelompokkan atau susunannya atau menyangkut cara yang khusus
berbentuk ungkapan dan gaya bahasa).
Diksi mempunyai
empat makna yaitu :makna leksikal, makna gramatikal, makna denotatif, dan makna
konotatif. Elemen dari diksi yaitu :
sinonim, antonim, polisemi, homonim, homofon, homograf, hiponim, hipernim.
Daftar Pustaka
http://juprimalino.blogspot.com/2011/12/makna-denotasi-dan-konotasi-contoh.html
http://astutimulefa.blogspot.com/2010/03/diksi.html
http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php
http://tugasmanajemen.blogspot.com/2011/04/pengertian-fungsi-dan-elemen-elemen.html
http://irma-mintuna.blogspot.co.id/2013/10/diksi-atau-pilihan-kata.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Polisemi
https://id.wikipedia.org/wiki/Hiponim
https://id.wikipedia.org/wiki/Homograf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar